Sebelum kita mengetahui pengertian dari Penalaran
Deduktif, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu yang dimaksud dengan
penalaran.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Penalaran Deduktif merupakan proses penyimpulan yang
dimulai dari pernyataan umum lalu berangsur ke yang khusus..
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus.
Contoh dari Penalaran Deduktif adalah silogisme. Silogisme
adalah proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi atau
pernyataan yang berlainan untuk menurunkan kesimpulan yang merupakan proposisi
ketiga. Kedua proposisi pertama disebut premis. Silogisme yang diperpendek
disebut entimen.
Jenis-jenis
Silogisme :
1. Silogisme
Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
2. Silogisme
Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
3. Silogisme Alternatif
: Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
4. Entimen :
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Silogisme yang akan Anda pelajari sekarang adalah silogisme
kategorial. Agar dapat disimpulkan, sebuah kategorial harus memenuhi rumus
berikut:
PU : Premis Umum, menyatakan bahwa semua golongan
tertentu (semua A) memiliki sifat
atau hal tertentu (B).
Contoh : PU : Semua warga negara Indonesia mencintai
bahasa Indonesia. atau hal tertentu (B).
PK : Premis Khusus, menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (C) adalah anggota golongan
tertentu (A).
Contoh PK : Riyanto Aji Saputra warga negara Indonesia.
Sebuah
premis agar dapat disimpulkan harus diungkapkan dalam bentuk pernyataan, bukan
pertanyaan ataupun perintah.
K : Kesimpulan, menunjukkan bahwa sesuatu atau
seseorang itu (C) memiliki sifat atau hal
tersebut (B).
Contoh K : Riyanto Aji Saputra mencintai bahasa Indonesia.
tersebut (B).
Contoh K : Riyanto Aji Saputra mencintai bahasa Indonesia.
Jika
salah satu premis dalam silogisme bersifat negatif, kesimpulannya pun negatif
pula.
Contoh :
PU : Semua pria yang berada di ruang itu berpakaian
batik.
PK : Udin tidak berpakaian batik.
K : Udin bukan pria yang berada di ruang
itu.
Catatan:
Silogisme
bisa salah. Berikut ini hal-hal yang bisa
membuat silogisme salah.
1. Kedua
premisnya bersifat khusus
Contoh:
PU : Riyan selalu
disayang orang tuanya.
PK : Riyan anak kedua.
K : Anak kedua selalu
disayang orang tuanya.
2. Dalam PK, A
tidak menjadi predikat, C tidak dihubungkan dengan A melainkan dengan B. Dengan
demikian, baik PU maupun PK dihubungkan dengan B. B menjadi predikat.
Contoh :
PU : Semua binatang
mamalia berkembangbiak dengan cara melahirkan.
PK : Sapi berkembang
biak dengan cara melahirkan.
K : Jadi, sapi adalah
binatang mamalia.
3. Jika PU tidak
menyebutkan seluruh anggota golongan melainkan hanya beberapa anggota golongan
saja, silogisme tak dapat ditarik kesimpulan.
Contoh:
PU : Tidak semua orang desa rajin dan tekun
PK : Budi adalah orang kota
K : Budi rajin dan tekun
4. Jika kedua premisnya negatif (-), maka
Contoh :
PU : Semua siswa SD
kelas IV tidak dapat menari
PK : Dinda bukan siswa
SD kelas IV
K : Dinda tidak dapat
menari / Susi dapat menari. (?)
Silogisme
dapat diperpendek. Silogisme yang diperpendek disebut entimen.
Rumus entimen:
Contoh
:
Prima
harus memiliki KTP karena ia penduduk Indonesia yang sudah berusia 17 tahun.
Entimen
di atas diturunkan dari:
PU
: Semua penduduk Indonesia yang sudah berusia 17 tahun harus memiliki KTP.
PK
: Pevita penduduk Indonesia yang sudah berusia 17 tahun.
K
: Pevita harus memiliki KTP.
Daftar Pustaka
Bahasa dan Sastra
Indonesia 2: SMK/MAK Kelas XI/oleh Marthasari, Kristari Yuningsih , F. X. Sumarjo:
— Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.