twitter


Sebelum kita mengetahui pengertian dari Penalaran Deduktif, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu yang dimaksud dengan penalaran.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran Deduktif merupakan proses penyimpulan yang dimulai dari pernyataan umum lalu berangsur ke yang khusus..
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Contoh dari Penalaran Deduktif adalah silogisme. Silogisme adalah proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi atau pernyataan yang berlainan untuk menurunkan kesimpulan yang merupakan proposisi ketiga. Kedua proposisi pertama disebut premis. Silogisme yang diperpendek disebut entimen.
Jenis-jenis Silogisme :
1. Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
2. Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional         hipotesis.
3. Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
4. Entimen : Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Silogisme yang akan Anda pelajari sekarang adalah silogisme kategorial. Agar dapat disimpulkan, sebuah kategorial harus memenuhi rumus berikut:
PU  :   Premis Umum, menyatakan bahwa semua golongan tertentu (semua A) memiliki sifat
           atau hal tertentu (B).      
Contoh :  PU : Semua warga negara Indonesia mencintai bahasa Indonesia. 
PK  :  Premis Khusus, menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (C) adalah anggota golongan
           tertentu (A).
Contoh PK : Riyanto Aji Saputra warga negara Indonesia.
Sebuah premis agar dapat disimpulkan harus diungkapkan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan ataupun perintah.
K   :   Kesimpulan, menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang itu (C) memiliki sifat atau hal
           tersebut (B).
Contoh K : Riyanto Aji Saputra mencintai bahasa Indonesia. 

Jika salah satu premis dalam silogisme bersifat negatif, kesimpulannya pun negatif pula.
Contoh  :
PU       : Semua pria yang berada di ruang itu berpakaian batik.
PK       : Udin tidak berpakaian batik.
K         : Udin bukan pria yang berada di ruang itu.

Catatan:
Silogisme bisa salah. Berikut ini hal-hal yang bisa membuat silogisme salah.
1.      Kedua premisnya bersifat khusus
     
      Contoh:
PU : Riyan selalu disayang orang tuanya.
PK : Riyan anak kedua.
K : Anak kedua selalu disayang orang tuanya.

2.  Dalam PK, A tidak menjadi predikat, C tidak dihubungkan dengan A melainkan dengan B. Dengan demikian, baik PU maupun PK dihubungkan dengan B. B menjadi predikat.
     
Contoh :
PU : Semua binatang mamalia berkembangbiak dengan cara melahirkan.
PK : Sapi berkembang biak dengan cara melahirkan.
K : Jadi, sapi adalah binatang mamalia.

3.  Jika PU tidak menyebutkan seluruh anggota golongan melainkan hanya beberapa anggota  golongan saja, silogisme tak dapat ditarik kesimpulan.
 
Contoh:
PU : Tidak semua orang desa rajin dan tekun
PK : Budi adalah orang kota
K : Budi rajin dan tekun 

4.    Jika kedua premisnya negatif (-), maka
      
Contoh :
PU : Semua siswa SD kelas IV tidak dapat menari
PK : Dinda bukan siswa SD kelas IV
K : Dinda tidak dapat menari / Susi dapat menari. (?)


Silogisme dapat diperpendek. Silogisme yang diperpendek disebut entimen.
Rumus entimen:
Contoh :

Prima harus memiliki KTP karena ia penduduk Indonesia yang sudah berusia 17 tahun.
Entimen di atas diturunkan dari:
PU : Semua penduduk Indonesia yang sudah berusia 17 tahun harus memiliki KTP.
PK : Pevita penduduk Indonesia yang sudah berusia 17 tahun.
K : Pevita harus memiliki KTP.


Daftar Pustaka

Bahasa dan Sastra Indonesia 2: SMK/MAK Kelas XI/oleh Marthasari, Kristari Yuningsih , F. X. Sumarjo: — Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.



















0 komentar:

Posting Komentar